Membaca bagiku adalah sebuah
petualangan, sebuah perjalanan. Dan perjalanan itu kian menyenangkan ketika
bertemu dengan teman-teman seperjalanan. Pertemuan itu membawa sukacita
tersendiri. Selalu saja ada hal yang bisa dibagi, ada hal yang bisa memperkaya makna
perjalanan itu sendiri. Pertemuanku dengan Let’s Read juga menjadi bagian kisah
perjalanan membaca yang terlalu berharga untuk tidak dibagikan.
Let's Read dan Anakku
Sejak awal, aku berkomitmen untuk
mengenalkan buku kepada anakku. Di usianya yang kini menginjak enam tahun, aura
kecintaannya pada buku sudah terlihat. Meskipun belum lancar membaca kata atau
kalimat, tapi dia sudah bisa membaca buku dengan caranya sendiri. Media sosial
menjadi platform yang cukup banyak memberi informasi tentang aneka buku bacaan
yang bisa jadi pilihan, baik dari penerbit, toko buku online, maupun
teman-teman yang sebagian juga sekaligus adalah seorang ibu. Yang terakhir ini justru paling mengena, women supporting women.
Dari berbagai pilihan buku bacaan
yang sudah kudapatkan, ada satu hal yang masih mengganjal. Aku cukup kesulitan
untuk menemukan buku bacaaan anak yang menggunakan bahasa Jawa. Bagaimanapun
juga, aku fikir bahasa daerah harus tetap kukenalkan kepada anakku.
Suatu kali ketika sedang membuka
aplikasi Instagram, sebuah foto di story
melintas dan menarik perhatianku. Percakapan singkat terjadi diantara kami kemudian. Bulan Juni itulah awal mula aku berkenalan
dengan Let’s Read. Temanku yang juga memiliki putri kecil yang hampir seumuran
dengan anakku itulah yang memberi titik terang akan bahan bacaan anak dengan berbagai bahasa, termasuk bahasa Jawa.
Setelah mengunduh aplikasi
tersebut, langsung saja kulihat bersama Asha, anakku. Dia tertarik dengan
ilustrasi-ilustrasi yang mendukung setiap cerita. Sungguh menggembirakan menemukan
puluhan cerita yang bisa diakses dengan mudah. Setelah itu, bacaan di Let’s Read
menjadi salah satu pilihan favorit Asha untuk mengisi waktu baca kami (reading time) sebelum tidur. Sejauh ini
memang aku konsisten membacakan cerita dengan versi bahasa Jawa. Setidaknya,
dia belajar dari ‘suara.’ Aku yakin dia akan memahaminya. Dengan lirih, dia
akan berbisik, “Setunggal malih,”sebagai
kode bagiku untuk membacakan satu cerita lagi.
Dari sekian banyak cerita, salah
satu yang paling kami sukai bersama adalah Ngenteni Apa, Mas? Karya B. E.
Priyanti. Sebuah cerita yang sangat khas bagi masyarakat Indonesia, tentang
menanti kehadiran sang bapak yang sedang diundang kenduri. Nasi berkat yang dibawa
pulang juga terasa dekat dengan apa yang pernah dialaminya, (yang kualami juga). Terlebih lagi, telur
adalah salah satu makanan kesukaan Asha. Sungguh kisah ini sangat lekat dalam ingatannya. Tak jarang, Asha akan meminta ijin untuk membuka aplikasi Let’s
Read dan melihat-lihat cerita yang ada. Dari situ pula dia akan memilih dua
cerita yang akan dijadikan bahan untuk kubacakan malam harinya.
Setelah merasakan manfaat dari
Let’s Read, sesekali aku membagikannya di status WhatsApp atau secara spontan terselip diantara percakapan dengan teman yang mencari bahan bacaan. Kembali lagi ke
konsep awal yang kupegang, bahwa membaca ibarat sebuah petualangan, perjalanan.
Sungguh akan lebih menyenangkan kalau dinikmati bersama teman-teman
seperjalanan.
Perkenalanku dengan Let's Read semakin dalam ketika aku mengikuti Sedaring Relawan Literasi NTB dengan tema Bergerak Mengisi Kemerdekaan. Acara yang diadakan pada tanggal 17 Agustus 2020 ini memberi gambaran yang makin jelas akan visi dan misi dari Let's Read. Akupun makin bersemangat membagikannya.
Kemudahan akses, kearifan lokal
Asia, variasi bahasa yang ada, ilustrasi yang menarik menjadi salah satu alasan
kuatku untuk menggunakan Let’s Read sebagai salah satu referensi dalam kegiatan
ekstra kurikuler English Reading Club (ERC) yang mulai berjalan secara daring sejak bulan Agustus
kemarin. Salah satu tujuan ekstra kurikuler ini adalah membangun kecintaan siswa pada
budaya membaca, secara khusus dalam bahasa Inggris. Perpustakaan sekolah kami memiliki koleksi buku-buku bacaan
berbahasa Inggris. Meskipun demikian, pada masa pandemi ini tentu dibutuhkan sumber
bacaan yang berbeda, bacaan yang aksesnya lebih luas. Di sinilah Let’s Read
menjadi titik terang. Aplikasi ini laksana perpustakaan digital yang maha kaya.
Para peserta ekstra kurikuler diminta
untuk menginstal aplikasi Let’s Read sebagai salah satu bahan bacaan mingguan.
Mereka kemudian akan memilih salah satu cerita untuk dilaporkan dalam jurnal membaca
mingguan. Bagi peserta yang mengalami
kendala dalam menginstal aplikasi, mereka diarahkan untuk menuju ke situs www.letsreadasia.org.
Setelah beberapa minggu, para
peserta mengungkapkan bahwa Let’s Read menjadi aplikasi yang bermanfaat bagi
mereka, terkhusus dalam belajar bahasa Inggris dan membangun kesukaan membaca
mereka.
Mereka adalah teman-teman
seperjalanan dalam petualangan membacaku. Ini sungguh sebuah kebahagiaan yang
sulit digambarkan dengan kata-kata. Kesukaan membaca bukan hal yang serta merta
diwarisi sejak lahir. Ada usaha untuk menumbuhkan benih dan merawat
pertumbuhannya. Usaha ini pasti akan lebih ringan, lebih maksimal jika
dikerjakan bersama-sama.
Perjalanan dan petualangan ini
belum berakhir. Dan petualangan ini akan semakin menyenangkan ketika kita
melewatinya bersama. Unduhlah Let's Read dan mari berpetualang bersama. Let’s Read siap menemani kita
untuk bertemu dengan semakin banyak kawan di sepanjang perjalanan.
Keren kegiatan english clubnya, memang dari kecil harus dibiasakan ya agar suka membaca..cinta buku..
BalasHapusTerima kasih. Betul. dan kita wajib mengenalkannya, karena tak kenal (buku) maka tak sayang (membaca) :)
Hapus