Senin, 28 September 2020

Berbagi dan Bertualang Bersama Let's Read

Membaca bagiku adalah sebuah petualangan, sebuah perjalanan. Dan perjalanan itu kian menyenangkan ketika bertemu dengan teman-teman seperjalanan. Pertemuan itu membawa sukacita tersendiri. Selalu saja ada hal yang bisa dibagi, ada hal yang bisa memperkaya makna perjalanan itu sendiri. Pertemuanku dengan Let’s Read juga menjadi bagian kisah perjalanan membaca yang terlalu berharga untuk tidak dibagikan.


Let's Read dan Anakku

Sejak awal, aku berkomitmen untuk mengenalkan buku kepada anakku. Di usianya yang kini menginjak enam tahun, aura kecintaannya pada buku sudah terlihat. Meskipun belum lancar membaca kata atau kalimat, tapi dia sudah bisa membaca buku dengan caranya sendiri. Media sosial menjadi platform yang cukup banyak memberi informasi tentang aneka buku bacaan yang bisa jadi pilihan, baik dari penerbit, toko buku online, maupun teman-teman yang sebagian juga sekaligus adalah seorang ibu. Yang terakhir ini justru paling mengena, women supporting women.

 

Dari berbagai pilihan buku bacaan yang sudah kudapatkan, ada satu hal yang masih mengganjal. Aku cukup kesulitan untuk menemukan buku bacaaan anak yang menggunakan bahasa Jawa. Bagaimanapun juga, aku fikir bahasa daerah harus tetap kukenalkan kepada anakku.

 

Suatu kali ketika sedang membuka aplikasi Instagram, sebuah foto di story melintas dan menarik perhatianku. Percakapan singkat terjadi diantara kami kemudian. Bulan Juni itulah awal mula aku berkenalan dengan Let’s Read. Temanku yang juga memiliki putri kecil yang hampir seumuran dengan anakku itulah yang memberi titik terang akan bahan bacaan anak dengan berbagai bahasa, termasuk bahasa Jawa.

 


Setelah mengunduh aplikasi tersebut, langsung saja kulihat bersama Asha, anakku. Dia tertarik dengan ilustrasi-ilustrasi yang mendukung setiap cerita. Sungguh menggembirakan menemukan puluhan cerita yang bisa diakses dengan mudah. Setelah itu, bacaan di Let’s Read menjadi salah satu pilihan favorit Asha untuk mengisi waktu baca kami (reading time) sebelum tidur. Sejauh ini memang aku konsisten membacakan cerita dengan versi bahasa Jawa. Setidaknya, dia belajar dari ‘suara.’ Aku yakin dia akan memahaminya. Dengan lirih, dia akan berbisik, “Setunggal malih,”sebagai kode bagiku untuk membacakan satu cerita lagi.

 


Dari sekian banyak cerita, salah satu yang paling kami sukai bersama adalah Ngenteni Apa, Mas? Karya B. E. Priyanti. Sebuah cerita yang sangat khas bagi masyarakat Indonesia, tentang menanti kehadiran sang bapak yang sedang diundang kenduri. Nasi berkat yang dibawa pulang juga terasa dekat dengan apa yang pernah dialaminya, (yang kualami juga). Terlebih lagi, telur adalah salah satu makanan kesukaan Asha. Sungguh kisah ini sangat lekat dalam ingatannya. Tak jarang, Asha akan meminta ijin untuk membuka aplikasi Let’s Read dan melihat-lihat cerita yang ada. Dari situ pula dia akan memilih dua cerita yang akan dijadikan bahan untuk kubacakan malam harinya.

 

Setelah merasakan manfaat dari Let’s Read, sesekali aku membagikannya di status WhatsApp atau secara spontan terselip diantara percakapan dengan teman yang mencari bahan bacaan. Kembali lagi ke konsep awal yang kupegang, bahwa membaca ibarat sebuah petualangan, perjalanan. Sungguh akan lebih menyenangkan kalau dinikmati bersama teman-teman seperjalanan.


Perkenalanku dengan Let's Read semakin dalam ketika aku mengikuti Sedaring Relawan Literasi NTB dengan tema Bergerak Mengisi Kemerdekaan. Acara yang diadakan pada tanggal 17 Agustus 2020 ini memberi gambaran yang makin jelas akan visi dan misi dari Let's Read. Akupun makin bersemangat membagikannya.

 

Let's Read dan Murid-muridku

Kemudahan akses, kearifan lokal Asia, variasi bahasa yang ada, ilustrasi yang menarik menjadi salah satu alasan kuatku untuk menggunakan Let’s Read sebagai salah satu referensi dalam kegiatan ekstra kurikuler English Reading Club (ERC) yang mulai berjalan secara daring sejak bulan Agustus kemarin. Salah satu tujuan ekstra kurikuler ini adalah membangun kecintaan siswa pada budaya membaca, secara khusus dalam bahasa Inggris. Perpustakaan sekolah kami memiliki koleksi buku-buku bacaan  berbahasa Inggris. Meskipun demikian, pada masa pandemi ini tentu dibutuhkan sumber bacaan yang berbeda, bacaan yang aksesnya lebih luas. Di sinilah Let’s Read menjadi titik terang. Aplikasi ini laksana perpustakaan digital yang maha kaya.

 


Para peserta ekstra kurikuler diminta untuk menginstal aplikasi Let’s Read sebagai salah satu bahan bacaan mingguan. Mereka kemudian akan memilih salah satu cerita untuk dilaporkan dalam jurnal membaca mingguan. Bagi peserta  yang mengalami kendala dalam menginstal aplikasi, mereka diarahkan untuk menuju ke situs www.letsreadasia.org.

 

Setelah beberapa minggu, para peserta mengungkapkan bahwa Let’s Read menjadi aplikasi yang bermanfaat bagi mereka, terkhusus dalam belajar bahasa Inggris dan membangun kesukaan membaca mereka.

 



Mereka adalah teman-teman seperjalanan dalam petualangan membacaku. Ini sungguh sebuah kebahagiaan yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Kesukaan membaca bukan hal yang serta merta diwarisi sejak lahir. Ada usaha untuk menumbuhkan benih dan merawat pertumbuhannya. Usaha ini pasti akan lebih ringan, lebih maksimal jika dikerjakan bersama-sama.

 

Unduh dan Nikmati Petualangan bersama Let's Read 

Perjalanan dan petualangan ini belum berakhir. Dan petualangan ini akan semakin menyenangkan ketika kita melewatinya bersama. Unduhlah Let's Read dan mari berpetualang bersama. Let’s Read siap menemani kita untuk bertemu dengan semakin banyak kawan di sepanjang perjalanan. 

 

 #LetsReadAsia #AyoMembaca #LetsReadxBloggerPerempuan


Related Posts:

2 komentar:

  1. Keren kegiatan english clubnya, memang dari kecil harus dibiasakan ya agar suka membaca..cinta buku..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Betul. dan kita wajib mengenalkannya, karena tak kenal (buku) maka tak sayang (membaca) :)

      Hapus