Tampilkan postingan dengan label photo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label photo. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Oktober 2014

Maternity Shot

Ada kebahagiaan tersendiri ketika kita bisa mewujukan mimpi atau harapan menjadi kenyataan dalam hidup. Salah satu keinginanku selama hamil adalah maternity shot, foto prenatal. And we made it. Yeah, WE, karena mimpi itu kerap kali tak bisa diwujudkan sendiri, kita butuh orang lain yang merelakan diri untuk berbagi waktu, tenaga, bahkan mimpinya sendiri untuk mewujudnyatakan mimpi orang lain.

Keinginan ini menurutku tidak termasuk dalam kategori ngidam, karena pada dasarnya kegiatan berfoto sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan sekarang ini, termasuk diriku sendiri, to be specific. Keinginan itu secara logis didukung juga dengan keberadaan adikku yang punya kamera dan, yang lebih penting, punya kesediaan untuk menjadikan kami, orang-orang terdekatnya, sebagai model bidikan kamera. Terlebih, kami sempat berencana untuk melakukan pre wedding photo shot, namun ketika itu belum terlaksana karena satu dan lain hal. Dan yang pasti suamiku tak keberatan dengan ide itu. 

Selama hamil aku mengabadikan kejadian-kejadian unik, menarik, bahkan mungkin yang terlihat biasa-biasa saja melalui kamera ponsel. Pada event tertentu, adikku membantuku mengumpulkan gambar-gambar itu melalui lensa kameranya. Pada saat-saat seperti itulah ada kesempatan bagiku untuk bisa berpose dengan suamiku. Namun, seringkali kami berdua bergantian mengambil gambar, jadi kebanyakan dalam foto-foto tersebut aku tidak didampingi suamiku. Aku juga sempat mengumpulkan foto-foto itu dan menyusunnya menjadi semacan diary secara kronologis, namun karena kesibukan aku belum berhasil menyelesaikannya.

Salah satu photo shot yang cukup mengesankan adalah ketika aku memakai kostum Snow White yang dulunya dibuat dan dipakai untuk lomba story telling muridku. Ketika itu kami berdua, muridku dan aku, pernah ngobrol dan intinya suatu saat aku harus memakai kostum itu juga dan mengabadikannya dalam foto. Dan pada suatu sore yang longgar, adikku membantuku mewujudnyatakan harapan itu. Dan kembali, itu sesi foto sendiri; Snow White sendiri tanpa kehadiran pangerannya-suamiku sedang pergi. Hasilnya cukup menyenangkan, kuberi narasi bahwa itu adalah lanjutan cerita Snow White setelah bertemu dengan pangeran dan kemudian menikah dan sedang menantikan kelahiran anak mereka. That's just a story I made up \^^/

Hari Jumat pagi itu kami periksa ke dokter kandungan untuk kesekian kalinya dan dokter mengatakan jika bayi dalam kandunganku akan lahir dalam jangka waktu satu minggu. Dan ide itu melintas di benakku, it is the time.

Aku menghubungi adikku sepulang dari RSU. Dengan senang hari kudapatkan kesediaannya untuk mampir sore ini ke rumah. Dan siang itu, sembari menunggu, aku browsing maternity shots lewat layar netbookku.

Dan begitulah sore itu, karena padatnya jadwal, selama sekitar 25 menit kami bertiga larut dalam 'pemotretan.' Beberapa frame terinspirasi dari foto-foto yang dilihat di internet. Namun yang namanya canggung ataupun mati gaya tetaplah ada; namanya juga bukan foto model.
Dua puluh lima menit itu menjadi salah satu best moments dalam masa kehamilanku. Bukan seberapa banyak atau seberapa bagus foto yang dihasilkan yang membuatku terkesan dan terkenang. Lebih dari itu. Ada kasih yang dibagi di sana. Kasih yang diberikan oleh suami dan adikku yang membuat impianku menjadi nyata.

Terima kasih Tuhan, sudah mengirimkan orang-orang yang mau berbagi denganku, mewujudkan mimpi dan menambah-nambahkan sukacitaku. Terima kasih untuk moment yang membahagiakan itu.

A picture is worth a thousand words. \^^/

Minggu, 10 Agustus 2014

The Sunny Pre Wedding Shots





Salah satu moment yang tak terlupakan dalam rangkaian persiapan pernikahan kami adalah pre wedding shots. Dulu aku punya impian juga ingin merasakan bagaimana serunya pre-wedding shots itu. Bahkan jauh-jauh hari sebelumnya, beberapa tahun sebelumnya-sebelum bertemu dengan calon suami, aku sudah mencari-cari foto-foto pre wedding di internet dan menyimpannya di laptop. And dream came true. Praise the Lord!



Awalnya kami hendak meminta tolong adikku untuk menjadi fotografernya, toh dia sudah tahu angles andalan kami. Kami berdua juga sudah mereka-reka kira-kira mau befoto konsep yang seperti apa, di mana, bagaimana kostum, properti dan sebagainya. Namun tidak semuanya terwujud seperti harapan. Beberapa hal menjadi kendala untuk bisa mewujudkan semua seperti harapan. Meski demikian momen itu sungguh luar biasa.



Setelah dua jam menyelesaikan tugas mengajar hari itu, aku meminta ijin kepada kepala sekolah untuk meninggalkan kantor. Diantar calon suami, aku menuju salah satu salon yang direkomendasikan Pak Andre, fotografer gereja yang juga akan menjadi fotografer kami hari itu. Sementara aku dirias, tunanganku pulang mempersiapkan tugasnya hari itu dan mengambil kostum.



Kostum yang kami pakai ada tiga macam. Kostumku: kebaya merah dan rok jarik yang merupakan salah satu seserahan di hari pertunangan kami, kebaya jadul hitam motif bunga besar yang kami dapatkan di pasaraya beserta rok jarik putih milik ibu, kebaya putih lengan pendek dan rok klok panjang berwarna hijau yang sudah aku punya. Kostum tunanganku: beskap hitam komplit, surjan dan setelan jas. Semua properti pribadi yang sudah dipunyainya. Sempat kami mencoba mencari kostum, terutama gaun, namun mempertimbangkan waktu yang belum bisa fix, kami tidak jadi mengambil opsi tersebut. Sedangkan untuk properti tambahan ada buket bunga plastik hijau putih yang kupinjam dari Bu Tatik serta payung merah milik Bapak Patmaya.



Setelah selesai kami memakai kostum yang pertama dan waktu sudah lewat dari jam sepuluh. Kami bersegera ke lokasi. Untuk menuju lokasi, kami ditolong oleh Bapak dan Ibu Patmaya yang dengan sukarela menyediakan transportasi bagi kami. Lokasi yang kami pilih adalah Gedung MTC milik sinode GKMI yang berlokasi di dekat Gedung Bina Darma di Bugel. Tempat ini hasil rekomendasi adikku yang sebelumnya sudah pernah menggunakannya untuk kegiatan LDK bersama murid-muridnya. Beberapa waktu sebelumnya, kami berdua datang ke lokasi yang masih dalam tahap penyelesaian itu dan mengutarakan maksud kami. Pengurusnya, Mas Tomi, menyambut dengan tangan terbuka dan mempersilahkan kami untuk memakainya. Lokasi yang cukup dekat, dengan beberapa sudut yang menarik membuat kami mantap untuk memakainya. Lagipula tempat ini belum terlalu banyak terekspos, jadi lebih seru dibandingkan tempat-tempat lain di dalam kota kecil ini.



Tanpa menunda, kami langsung melaksanakan misi sesampainya di sana. Oh, it wasn’t easy. Kami tak terbiasa difoto resmi begitu dan disaksikan orang lain. Apalagi kami bukan model. Jadi banyak pose yang diulang-monoton, banyak pose yang kaku dan malu-malu. Tapi kami berusaha menikmatinya. Beberapa kali Pak Andre, Pak Maya dan Ibu meminta kami untuk santai dan tidak usah malu-malu beraksi. Tapi tetap saja kami masih banyak malu-malunya.



Kami mengakhiri sesi foto hari itu saat matahari makin terik bersinar. Bisa kami lihat usaha keras Pak Andre, termasuk cucuran keringat di wajahnya. Kamipun beristirahat di bangsal terbuka yang luas dan nyaman sambil menikmati semilir angin yang mengurai kepanasan siang itu. Konsumsi telah tersedia berkat tangan cekatan adik bungsuku yang kuminta membantu. Kamipun bersantap siang sambil bercakap-cakap.  Akhirnya kami berkemas, kembali ke salon untuk mengembalikan beberapa barang dan pulang.



What a day! Kami bersyukur dengan apa yang boleh kami nikmati. Sungguh suatu anugerah. Banyak pribadi yang menolong kami mewujudkan impian ini. We are so thankful. Hasilnya tercetak di undangan (akan menjadi cerita di posting yang lain), dua figura besar dan dua MMT; mungkin juga di MTC karena kami mengirimkannya juga sesuai permintaan Mas Tomi. Dan sampai sekarang aku masih suka membuka file dan melihat-lihat hasil jepretan Pak Andre tersebut. Tersenyum dan sekali lagi, tak henti bersyukur, untuk kisah dan kasih yang teranyam dalam perjalanan cinta dan hidup kami. Thank you, Lord! You are awesome.