Ada kebahagiaan tersendiri ketika kita bisa mewujukan mimpi atau harapan menjadi kenyataan dalam hidup. Salah satu keinginanku selama hamil adalah maternity shot, foto prenatal. And we made it. Yeah, WE, karena mimpi itu kerap kali tak bisa diwujudkan sendiri, kita butuh orang lain yang merelakan diri untuk berbagi waktu, tenaga, bahkan mimpinya sendiri untuk mewujudnyatakan mimpi orang lain.
Keinginan ini menurutku tidak termasuk dalam kategori ngidam, karena pada dasarnya kegiatan berfoto sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan sekarang ini, termasuk diriku sendiri, to be specific. Keinginan itu secara logis didukung juga dengan keberadaan adikku yang punya kamera dan, yang lebih penting, punya kesediaan untuk menjadikan kami, orang-orang terdekatnya, sebagai model bidikan kamera. Terlebih, kami sempat berencana untuk melakukan pre wedding photo shot, namun ketika itu belum terlaksana karena satu dan lain hal. Dan yang pasti suamiku tak keberatan dengan ide itu.
Selama hamil aku mengabadikan kejadian-kejadian unik, menarik, bahkan mungkin yang terlihat biasa-biasa saja melalui kamera ponsel. Pada event tertentu, adikku membantuku mengumpulkan gambar-gambar itu melalui lensa kameranya. Pada saat-saat seperti itulah ada kesempatan bagiku untuk bisa berpose dengan suamiku. Namun, seringkali kami berdua bergantian mengambil gambar, jadi kebanyakan dalam foto-foto tersebut aku tidak didampingi suamiku. Aku juga sempat mengumpulkan foto-foto itu dan menyusunnya menjadi semacan diary secara kronologis, namun karena kesibukan aku belum berhasil menyelesaikannya.
Salah satu photo shot yang cukup mengesankan adalah ketika aku memakai kostum Snow White yang dulunya dibuat dan dipakai untuk lomba story telling muridku. Ketika itu kami berdua, muridku dan aku, pernah ngobrol dan intinya suatu saat aku harus memakai kostum itu juga dan mengabadikannya dalam foto. Dan pada suatu sore yang longgar, adikku membantuku mewujudnyatakan harapan itu. Dan kembali, itu sesi foto sendiri; Snow White sendiri tanpa kehadiran pangerannya-suamiku sedang pergi. Hasilnya cukup menyenangkan, kuberi narasi bahwa itu adalah lanjutan cerita Snow White setelah bertemu dengan pangeran dan kemudian menikah dan sedang menantikan kelahiran anak mereka. That's just a story I made up \^^/
Hari Jumat pagi itu kami periksa ke dokter kandungan untuk kesekian kalinya dan dokter mengatakan jika bayi dalam kandunganku akan lahir dalam jangka waktu satu minggu. Dan ide itu melintas di benakku, it is the time.
Aku menghubungi adikku sepulang dari RSU. Dengan senang hari kudapatkan kesediaannya untuk mampir sore ini ke rumah. Dan siang itu, sembari menunggu, aku browsing maternity shots lewat layar netbookku.
Dan begitulah sore itu, karena padatnya jadwal, selama sekitar 25 menit kami bertiga larut dalam 'pemotretan.' Beberapa frame terinspirasi dari foto-foto yang dilihat di internet. Namun yang namanya canggung ataupun mati gaya tetaplah ada; namanya juga bukan foto model.
Dua puluh lima menit itu menjadi salah satu best moments dalam masa kehamilanku. Bukan seberapa banyak atau seberapa bagus foto yang dihasilkan yang membuatku terkesan dan terkenang. Lebih dari itu. Ada kasih yang dibagi di sana. Kasih yang diberikan oleh suami dan adikku yang membuat impianku menjadi nyata.
Terima kasih Tuhan, sudah mengirimkan orang-orang yang mau berbagi denganku, mewujudkan mimpi dan menambah-nambahkan sukacitaku. Terima kasih untuk moment yang membahagiakan itu.
A picture is worth a thousand words. \^^/
0 komentar:
Posting Komentar