Awalnya aku masih seperti tidak
percaya. Logikaku terlalu bermain. Meski hampir semua pasangan yang telah
menikah mengharapkan kehadiran anak dalam rumah tangganya, aku tak menyangka
berkat itu akan hadir dalam hidupku, secepat itu. It’s just amazing.
Akhir Desember, tepatnya natal, kami
mencermati hasil test pack yang menunjukkan dua garis merah cukup jelas. Kami bersukacita
dan menyimpan pengharapan itu, meski belum yakin benar akan kebenarannya. Kepada
ibuku aku menceritakannya dan beliau berpesan untuk tidak terlalu terburu-buru,
supaya tidak ‘gelo’ atau kecewa kalau ternyata itu salah. Meski demikian beliau
berpesan agar tetap menjaga diri dan berhati-hati. Uniknya, ketika aku
menunjukkan hasil test pack itu, ibu malah bingung itu apa. Maklum pada masa
beliau tidak model memeriksa kehamilan dengan alat semacam itu. Kalau mau tahu
ya harus ke dokter, tes darah atau urine. Maka surprise itu sedikit harus
kujelaskan. :)
Pertengahan Januari kami mengunjungi
bidan tempatku dulu minta imunisasi TT sebelum menikah. Melihat hasil test pack
tersebut beliau mengatakan kalau itu sudah positif. Aku masih belum 100%
mempercayainya. Tapi vitamin kumakan dan saran beliau kuturuti.
Gejala yang mulai kurasakan pertama
kali muncul ketika berada di dalam mobil seorang teman menuju lokasi Natal
bersama keluarga besar sekolah tempatku mengajar. Biasanya aku tidak masalah
dengan AC mobil, namun tidak dengan hari itu. Kepalaku terasa pening dan
pusing, lalu keluarlah keringat dingin. Temanku yang memergoki keteleranku langsung
menggodaiku, “Wah, tanda-tanda ini.” Syukurlah aku bisa kuat hingga akhir
acara. Tidak ada muntah, hanya butuh beberapa waktu untuk mengembalikan kondisi
setelah turun dari mobil.
Setelah beberapa kali mencoba
mengunjungi dokter kandungan dan tidak cocok dengan jadwal, awal bulan Februari
kami bertemu dengan salah satu dokter itu. It was unforgetable moment. Ketika
untuk pertama kalinya kami melihat makhluk kecil di dalam rahimku melalui layar
USG. Perasaanku tak terlukiskan. Kulihat suamiku juga menunjukkan ekspresi yang
tak terdeskripsikan. Kulihat binar di wajahnya, oh bahagianya. Si kecil sudah
berusia 11 minggu. I was totally convinced.
Satu lagi pengalaman hidupku yang
membuktikan kasih setia Tuhan untukku. Aku harus mengakui bahwa sometimes I
underestimate God, my Creator. Namun dalam karya nyata-Nya yang Dia tunjukkan
dalam rentang waktu hidupku, Dia telah meyakinkanku. Termasuk dalam hal ini,
aku sungguh sangat bersyukur. Siapakah aku ini Tuhan hingga Engkau sedemikian
mengasihiku dan mengijinkanku untuk merasakan salah satu anugerah indahmu,
mengandung dan mengantarkan satu ciptaaanMu ke dalam dunia? Kuasa-Nya nyata,
mengalahkan logikaku yang cenderung dominan.
Hari-hari pun kujalani dengan
semaksimal yang kubisa. Kami meyakini Tuhan telah memilihkan waktu yang tepat
untuk kami, bahkan menyesuaikan dengan kondisi pekerjaanku sebagai guru. Sebagai
pengampu salah satu mapel yang diujikan secara nasional, sudah menjadi agenda
tahunan jika kegiatan di semester pertama akan cukup padat. Selain jadwal reguler
juga ada tambahan pelajaran untuk kelas 9 ditambah kegiatan ekstra kurikuler. Sementara
kehamilanku dimulai pada akhir semester 1 dan kegiatan di semester 2 sudah
lebih ringan. Aku yakin seandainyapun kehamilanku di semester 1 Tuhan pasti
juga akan memberikanku kekuatan yang cukup, tapi diberikan privilege ini juga
berkat yang wajib aku syukuri dan nikmati. Praise the Lord!
Morning sickness yang menjadi ciri khas wanita hamil juga
sedikit banyak aku alami. Memang perubahan itu pasti terjadi dan setiap wanita
mengalami hal yang berbeda. Dalam kondisi normal, indra penciumanku memang
tidak terlalu peka, namun di awal kehamilan dulu justru menjadi sangat peka. Aku
cukup sensitif bila mencium bau masakan yang sedang dimasak, termasuk nasi, di
waktu pagi hari. Maka sensasi mual itu kurasakan. Aku muntah tak lebih dari
lima kali. Cukup bandel rupanya. Mengingat cerita ibu, beliaupun juga tidak
mengalami muntah ketika hamil. Selain mual,
keluhan yang sering kualami di awal kehamilan adalah pusing sebelah, migrain. Hanya
beberapa kali saja yang masuk kriteria berat. Mungkin itu juga dipengaruhi oleh
meningkatnya kepekaan pencimuanku. Kini, penciumanku kembali seperti biasa,
tidak terlalu tajam dan sakit kepala juga tidak kualami. Syukur kepada Allah!
Ngidam? Itu cukup sering ditanyakan. Namun jawabku akan
sama, “Saya tidak ngidam ik.” Tidak ada makanan atau minuman tertentu yang
rasanya ingin sekali kumakan. Semuanya biasa saja. Yang tidak biasa seingatku
ketika awal-awal kehamilan adalah merasa eneg dengan daging, baik ayam maupun
sapi, dalam potongan besar. Menanggapi hal ini, suamiku yang baik hatinya
dengan senang hati menemaniku makan steak, sambil mencoba apakah aku doyan atau
tidak. Not bad. Aku cukup menikmatinya, tidak se-eneg kalau makan daging yang
diolah biasanya. Suamiku juga beberapa kali akan menanyakan mau makan apa
seandainya tidak masak di rumah. Yang lebih membahagiakan adalah kesediaannya
untuk memasak. How blessed I am. Ya, masakan rumah tetap nikmat dengan bumbu
cintanya.
Kehamilan ini juga membuka banyak percakapan. Ketika tahu
aku hamil maka percakapan akan mengalir begitu saja, terutama dari para ibu
atau senior yang sudah pernah mengalami, baik di lingkungan sekolah maupaun di
komunitas gereja. Tak jarang aku akan mendengar banyak kisah-kisah unik dan
menarik yang mereka ceritakan. Sungguh pengalaman yang bisa kupetik dari setiap
kisah itu, memperkaya diriku yang masih hijau dalam hal ini. Banyak juga doa
dan harapan yang mereka panjatkan yang serta merta aku aminkan. Aku pun menimba
banyak pengalaman dari teman-temanku yang sudah terlebih dahulu merasakan
mengandung dan melahirkan.
Yang menarik adalah aku memiliki a pregnant partner. Kami hamil
dalam waktu yang hampir sama. Dia adalah teman sekelasku dua tahun di SMU dan
teman sefakultas selama kuliah. Dia menikah terlebih dahulu, sekitar tiga tahun
dan saat ini kami tengah menantikan kelahiran anak kami yang pertama. Suami kami
juga berprofesi sama dan beberapa minggu lalu kami bersama dalam kegiatan
retreat. Beberapa kali kami saling
berbagi melalui pesan singkat ataupun telepon. How fun! :)
Berbagai kegiatan kucoba nikmati dan jalani senormal
mungkin. Aku sempat menemani murid-muridku foto untuk katalog di taman kota,
dalam kondisi gerimis dari siang hingga petang hari; menjadi panitia Ujian
Nasional di sekolah; memperigati hari Kartini dengan bersanggul dan memakai
kebaya; serta menemani murid-murid di acara kelulusan dimana aku sebagai wali
kelas harus berjalan, along the red carpet, bersama dengan mereka menuju aula.
It was fun. Satu hal lagi yang cukup menarik adalah mengikuti seminar kurikulum
2013 selama hampir seminggu. Sebagai peserta, sepertinya aku cukup terkenal. Pasalnya
dengan kondisiku yang sedang special ini, orang akan mudah mengenaliku, apalagi
dengan memakai ‘daster’ sebagai outfitnya. Naik turun tangga menjadi olah raga
bagi kami selama beberapa hari tersebut karena ruangan dan lokasi makan serta
toilet berjauhan, berada di lantai yang
berbeda. Aku menghayatinya bersama dengan calon anakku. Kami bekerja
keras bersama, bahkan anakku sudah kenal dengan kurikulum yang baru saat dia
masih dalam kandungan. How interesting!
Dan kini, memasuki libur menjelang Lebaran, menuju masa cuti
dan menunggu detik-detik kelahirannya adalah waktu yang penuh rasa. Tak ada
kata yang cukup untuk menggambarkannya. Aku menikmati setiap saat yang tersisa;
berjalan-jalan pagi bersama suami, mengelus perut dan menikmati sensasi gerakan
bayiku di dalam sana yang kadang kencang dan sangat aktif, menikmati dan
memperdengarkan musik instrumen klasik hasil browsing di internet, mengerjakan
aktifitas sehari-hari sambil bercakap dengan si kecil yang masih belum melihat
dunia ini, hingga berpose di depan kamera.
I enjoy them all. Apa yang akan kuhadapi, belum kuketahui, apa dan bagaimana
dan seterusnya, namun keyakinanku semua akan baik-baik saja. Tuhan akan
memberikan semua yang kami butuhkan, baik secara fisik, psikologis, finansial
dan semuanya. Terima kasih, o Tuhanku untuk kasih setia-Mu, untuk suami, keluarga dan orang-orang
yang mengasihiku dan untuk hidupku ini. We are happily and faithfully waiting
for our little one to come. :)
0 komentar:
Posting Komentar