Selasa, 18 Maret 2014

LOVE is in the POEM



Mendapati seorang pujangga dalam dirinya sungguh menyukakan hatiku, karena tidaklah kuduga sebelumnya. Tersanjung rasanya saat dia mengatakan bahwa aku sebagai inspirasi yang memotivasinya untuk menjadi produktif lagi. Dan di balik lembaran-lembaran puisiku semasa SMU, dia menggoreskan selusin bait-bait indah puisi untukku. Ada yang bertema umum dan pastinya ada pula yang khusus, tentang aku, tentang dia dan tentang kami.

Rupa-rupanya diapun memiliki kumpulan tulisan yang sayangnya belum terorganisir dan masih berada di kampung halaman. Suatu hari mungkin aku akan berkesempatan membacanya.

Dan katamu kaupun sudah mulai menulis kembali. Menyusun, meronce kata yang penuh makna.
Teruslah menulis puisi-puisimu, punjanggaku. Teruslah menulis cinta dalam bait-bait berima dan berasa, selama sang Cinta itu menganugerahkan cinta-Nya bagi kita.

LOVE is in the FLOWER



Kata-kata ini tak akan lekang oleh waktu, say it with flower. Yah, banyak orang menggunakan bunga sebagai bentuk ungkapan dalam berbagai kesempatan, baik dalam peristiwa senang maupun yang kurang senang.

Dan akupun menyukai keberadaannya. Ah, aku tak sendirian, diapun sepertinya juga menyukainya. Mulai dari foto profile di Facebook yang diawali dengan sekuntum bunga-meski menuai beberapa komentar. Terkadang juga kuihat dia mengabadikan keindahan bunga melalui kamera di ponselnya. Yah, bunga memang selalu menarik. Perlambang keindahan. Pengingat akan kefanaan hidup pula.

Dan diapun sudah menghayati ungkapan tersebut, say it with flower. Adalah bunga rumput gajah yang dipetikkannya untukku di Tlatar. Adalah gleges, bunga tebu yang berbentuk candi yang dipetikkannya juga untukku dalam perjalanan kami suatu sore. Ada juga mawar segar yang menyembul dari balik bagasi motornya. Meski sederhana, namun bunga-bunga itu tentulah sangat bermakna, karena kutahu ada keindahan, ada cinta di sana.

LOVE is in the PICTURES



Waktu terus berjalan tanpa bisa ditahan, maka bersyukurlah ada teknologi yang mampu mengabadikan ke-sesaat-an itu dalan sebuah gambar, dalam sebingkai foto. 

Dan pada sebuah fotolah dia merekamku dalam ingatannya. Foto ketika aku mengikuti pengakuan percaya di gereja. Pada sebuah foto pula seseorang mengirimkan doa untuk kami berdua, sebuah foto ‘duet’ kami yang pertama. Foto yang didesain dalam bentuk ucapan selamat hari Natal. Meskipun terbersit akan sosok yang mengirimkannya, kami menghargai dan menikmati misteri itu.

Dan kamipun mulai mengabadikan waktu-waktu berharga itu. Berekspresi, bergaya dengan pose-pose andalan ala kami berdua. Seringnya bertukar peran sebagai tukang foto dan terkadang berusaha berpose dalam satu frame yang sama. Tak hanya merekam wajah; makanan, tanaman, hewan, ataupun benda-benda lain yang menarik perhatianpun tak ayal terbidik oleh kamera kami. Kenang-kenangan yang tak lekang oleh ke-sesaat-an.

Puluhan gambar; foto-foto itu laksana pengingat akan cinta, akan apa yang boleh kami lewati bersama. Jika satu kali kami terlupa pastilah mereka bisa jadi reminder yang baik. Aku tak keberatan untuk terus menciptakan album-album foto itu. Sepertinya diapun begitu [ karena ada cinta dalam gambar-gambar itu ]

LOVE is in the CROSSWORD



Teka teki silang memang lebih asyik dan seru jika dikerjakan bersama-sama. Kami sudah membuktikannya.

Hari itu kami baru saja pulang dari salah satu toko buku dan membolak-balik halaman buku renungan harian yang baru. Kami menemukan sebuah teka teki Alkitab tentang doa-doa yang dipanjatkan oleh beberapa tokoh di dalamnya. Maka kamipun mencoba mengisinya dengan bantuan ayat-ayat yang menjadi refernsinya. Karena tidak tersedia kunci jawaban, maka kami kemudian mengecek sendiri beberapa jawaban yang kurang kami yakini. Ternyata benar semua. Horee!! 

Lalu kami mencoba TTS di koran lama yang sebelumnya sudah kukerjakan. Diapun melanjutkan meski akhirnya ada beberapa pertanyaan yang tetap tak kami tahu jawabannya. Kamipun mencoba TTS online. Beberapa lembar kami selesaikan sampai tuntas, meskipun untuk beberapa jawaban harus kami akali dengan mencoba semua abjad. Tetap saja seru, apalagi dikerjakan bersama.

Pengenalan kami berduapun terkadang seperti mengerjakan TTS. Hanya tersedia clue atau petunjuk saja, lalu kami menebak-nebak dengan bantuan hal-hal yang sudah saling kami ketahui. Seru? Tentu saja. Karena ada cinta pada TTS hidup kami.

LOVE is in the RAINCOAT



Hari itu, 17 Desember 2011, sepulang bertemu dengan para orang tua siswa, di sebuah tempat makan, menikmati kebersamaan dalam balutan makan siang. Banyak hal yang kami bicarakan, seiring berjalannya waktu sampai air hujan tercurah untuk waktu yang cukup lama. Kami menanti untuk beberapa saat, namun rupanya sang hujan belum mau mereda.

Diapun meluncur sesaat dan kembali sembari membawakan sebuah jas hujan baru dengan warna sama seperti yang dikenakannya. Untukku. Aku memakainya. Sebagai sentuhan akhir, dikaitkannya tali helm yang kupakai. Betapa romantisnya saat itu. Hal sederhana namun tak kupungkiri kebesaran artinya.

Cinta itu seperti jas hujan. Seperti pelindung yang akan mengantar kita untuk terus melaju di tengah-tengah hujan tantangan dan permasalahan yang turun sepanjang perjalanan kehidupan. Seperti jas hujan, cinta tidak 100% menghindarkan kita dari terpaan air, namun menjadi perisai yang menjadikan terpaan air itu menjadi lebih indah untuk dinikmati. Hmm.. ada cinta dalam sebuah jas hujan.