Sebelum dan selepas bulan puasa dan Lebaran, ada cukup banyak pernikahan dilaksanakan. Setelah menikah, aku sudah cukup akrab dengan acara bidstond persiapan pernikahan mendampingi suamiku. Salah satu yang menarik untuk diceritakan adalah beberapa waktu yang lalu ketika dalam sebuah bidstond tersebut ada sepasang suami istri, kebetulan duduk di sebelahku, yang sudah mengarungi bahtera rumah tangga selama setengah abad dan dalam acara itu berduet menyanyikan lagu favorit mereka. Nampaknya lagu tersebut cukup lawas, namun baru kali itu kami mendengarnya. Judulnya Ada Dunia Baru.
Ada dunia baru Negeri harapan
Kukan sampai disana Bila kau membimbingku
Kuharap kau selalu, Kau ada disampingku
Karna hanya kau berarti bagiku
Bagi setiap insan ada pasangannya
Dan sudah kuputuskan kaulah teman hidupku
Meski kujelajah dunia sampai akhir hayatku
Namun hanya kau berarti bagiku
Jalannya masih jauh dampingilah aku
Bila taufan menderu jadilah kau panduku
Melimpahnya harta apalah artinya
Mungkin besok hilang lagi dan aku tak peduli
Tapi bila hilang cintamu, patahlah semangatku
Karna hanya kau berarti bagiku
Karna hanya kau berarti bagiku
Lagu tersebut terngiang-ngiang di telinga suamiku. Maka sepulang dari sana, kubuka laptop dan mencari lirik serta videonya. Menarik juga mencermati bait demi bait lagu tersebut.
Lagu itu dibuka dengan sebuah keyakinan bahwa ada dunia baru yang akan dihadapi manusia, dunia yang merupakan sebuah pengharapan. Boleh dikata dunia baru itu adalah 'surga,' atau kehidupan sesudah mati. Sebuah hal yang banyak menjadi keyakinan manusia yang percaya bahwa hidup tidak hanya berakhir di dunia ini, namun ada hal lain setelah itu. Lalu hidup di dunia ini dinyatakan seperti layaknya sebuah perjalanan panjang menuju tempat pengharapan itu. Sang komposer menyatakannya dalam lirik, "Jalannya masih jauh dampingilah aku."
Menurut penuturan penggubah, setiap manusia diciptakan berpasangan, "Bagi setiap insan ada pasangannya, Dan sudah kuputuskan kaulah teman hidupku." Di sini diisyaratkan bahwa menikah adalah sebuah keputusan yang diambil secara sadar. Menikah berarti menganggap pasangannya sebagai teman hidup. Teman hidup yang akan menemani selama perjalanan menuju dunia baru yang penuh pengharapan itu. Dan penulis menyadari bahwa dalam perjalanan itu ada banyak tantangan yang harus dihadapi, bisa dikatakan sebagai persoalan-persoalan hidup. Dalam lagu tersebut digambarkan dengan kata taufan. Secara bersamaan penulis juga mengharap pasangan, teman hidupnya untuk menjadi pandu dalam perjalanannya. Supaya apa? Supaya tetap kuat berjalan, tidak mudah tergoyahkan, tersesat, bahkan tumbang dalam menghadapi pencobaan.
Dalam lagu tersebut juga ada penekanan akan apa yang dianggap penting dalam membangun rumah tangga, bukan harta dunia namun cinta. Cinta yang bukan sekedar cinta, tetapi yang bisa membangkitkan semangat hidup.
Menghayati lagu ini dengan menyaksikannya secara langsung dari saksi hidup yang sudah menjalaninya selama 50 tahun tentulah menjadi sangat bermakna. Mereka sudah merasakan apa yang namanya taufan itu dan mereka tetap setia bertahan, menjaga komitmen untuk menjadi teman seperjalanan yang paling dekat satu dengan yang lain.
Dalam salah satu pembahasan Pendalaman Alkitab bersama yang kuikuti, jelaslah bahwa hidup ini memang sebuah perjalanan keselamatan menuju kesempurnaan. Keselamatan hidup yang sudah diberikan dan diterima tidak lalu terhenti. Ada perjalanan panjang yang masih harus ditempuh hingga nanti kesempurnaan keselamatan itu diterimakan, ketika kita memasuki dunia baru yang dijanjikanNya. Dan dalam perjalanannya kita tak sendiri, ada teman-teman seperjalanan yang sama-sama menuju ke sana, meskipun tetap ini adalah perjalanan secara individu. Arti penting dari memiliki teman seperjalanan sudah tidak dapat disangsikan lagi. Mereka bisa menjadi teman ngobrol, berbagi; menjadi sesama yang saling menajamkan dan menguatkan-asal kita tak menjadi lemah pada akhirnya.
Dan pasangan hidup, suami atau istri, adalah teman seperjalanan yang paling dekat. Tak kita tahu seutuhnya bagaimana dunia baru itu adanya, namun satu keyakinan bahwa itu ada. Siapapun pasangan kita saat ini dan bagaimanpun keadaannya nanti di dunia baru itu, sunggulah penting untuk menjadi teman seperjalanan, menjadi tim yang baik. Keputusan menikah tentulah diambil secara sadar lengkap dengan konsekuensi yang menyertainya. Dan tujuan menikah bukan hanya bagi kepentingan kita di dunia ini saja, namun seperti yang tersirat dan tersurat dalam lagu Ada Dunia Baru, untuk bersama-sama menuju sebuah dunia penuh pengharapan baru kelak.
Masih sedikit hal yang kami pelajari dalam setahun perjalanan kehidupan berdua ini. Namun cinta yang menyemangati itu perlu terus diusahakan, mengingat cinta adalah kerja, bukan keadaan. Keputusan yang sudah kami ambil dan deklarasikan memang harus terus dipertanggungjawabkan. Dan kami belajar untuk itu. Karena ketika berdua kami tentu ingin menjadi lebih baik daripada ketika sendiri. Pun kami menyadari bahwa lagu itu harus saling dinyanyikan, bukan hanya satu pihak saja.
Dan tentu saja, aku bersyukur untuk teman seperjalanan terdekatku yang Tuhan berikan dalam hidupku. Praise the Lord for He is Good All the Time.
0 komentar:
Posting Komentar